Jer Basuki Mawa Bea | Ana rega ana rupa
Yap. Judul kali ini beda dari yang laen laen. Biarlah mengalir saja. Yang penting apdet hehey. Apa yang dimaksud dengan pepatah Jawa (kuno? kurang tahu juga saya. Sepertinya iya.) ini? Begini. Intinya, kalau ingin berhasil, harus ada biayanya. Biaya disini bukan dalam segi materi saja. Bisa juga berupa usaha yang dilakukan. Financial cost, physic cost, effort and many more. Tidak melulu harus pada uang.[Edisi cerita dimulai]
Ketika saya akhir kuliah mulai berpikir "I had to get some job to live", sampailah saya di kursi operator sebuah warnet di kota Wonosari. Kurang lebih 3 bulanan saya bekerja 'sampingan' di sana, dengan tetap mengambil konsekuensi tetap kuliah dan magang. Solusi sementara adalah request pada yang suka atur jadwal 'place me to the 3rd shift'. Jam 11pm till 07.00am. So, I still could manage to go to campus or 'magang'. Dan memang, sebagian besar, selama saya bekerja di sana, saya mendapatkan jadwal malam terus. Awalnya sih baik baik saja. Kemudian kok tiba tiba mulai sering flu. Saya memang jarang olahraga juga sih. My bad. Itulah cost yang harus saya bayar, anyway. Jer Basuki Mawa Bea juga sebenernya. Untuk bisa menjalani kegiatan magang, kuliah dan kerja, harus saya bayar dengan kesehatan saya.
[Cerita Lanjut lagi]
Bahkan ketika saya sudah keluar dan mendapatkan pekerjaan baru yang notabene tidak perlu sampai memaksa saya begadang tiap malam pun, saya masih sering terkena flu. Atau lebih tepatnya, gampang terkena flu. Pekerjaan baru saya yang selanjutnya ini menuntut saya untuk pindah domisili. Moved to Yogyakarta. Keseringan di Jogja (Yogya? Jogja? Yogyakarta? Jogjakarta? So confusing :D) membuat 'a lil bit another problem'. Tiap saya pulang ke gunung (baca : mudik), saya pilek. Atau, minimal bersin bersin dan pilek. Mungkin terbiasa dengan suhu Jogja yang tergolong panas bila dibandingkan dengan di Gunung. Tidak kuat perbedaan suhu kali ya. Damn. Tapi memang kesannya masih biasa saja. Belum separah sewaktu paragraf yang selanjutnya ini.
Pilek. Easy come, easy go. Maksudnya gini. Gampang pilek. Obatnya sederhana. Tidur. Perlu 2-3 hari buat recovery. Fasenya, hari pertama badan panas dingin, meriang. Kemudian fase kedua hidung meler. Bersin menggila. Fase terakhir, 'pendinginan'. Seminggu bisa 1 kali seperti itu, biasanya diakhir minggu alias week end. What the.. Tapi saya masih tahan. Sampai pada suatu titik di mana saya harus meriang lebih lama, dan terpaksa harus ijin kerja (sekitaran Agustus, pas bulan puasa Ramadhan). Periksa ke Rumah Sakit. Dokter bingung juga kayaknya dengan penyakit saya (mungkin, saya baca dari raut mukanya). Di kasih lah obat yang 'wow' menurut saya. Cuman 2 macem, 50rebu rek. Kalo buat makan udah dapet 5 hari reeek! Tapi ajaibnya, diminum sekali, penyakit pergi. Tapi, memang lebih baik mencegah daripada mengobati. Kasus gampang pilek masih tetep kejadian. Tapi selama obatnya masih ada, saya 'agak tenang'. Tapi sampai kapan saya harus begini? Masak saya harus minum obat terus seumur-umur? No! I hate medicine. Anyway, 50rebu masih terlalu berharga buat saya.
Akhir-akhir ini saya jarang begadang lagi. Masalah pilek masih ada juga sih. Kasusnya di akhir minggu. Saya kerja 5 hari saja. Nah, di Jum'at malam atau kalau ndak, Sabtu malam, saya suka begadang. Dan jreng jreng.. pileklah saya. Pfuih..
Sampai pada suatu saat, saya mudik. Pilek juga sebenernya. Hadeeeh. Kejadian ini, belum lama, mungkin baru ada 2 mingguan. Kurang lebih. Menginstall komputer di rumah tetangga. Ditawarilah saya minum. Saya pilih air madu saja. Hari Sabtu, cuman sebentar, karena alat yang saya bawa kurang, saya janjikan Minggunya (besoknya) saya balik lagi. Nah, di hari berikutnya, saya minum 2 gelas. Tapi anehnya, pilek saya gak 'heboh' amat.
Saya berpikirnya, apa mungkin ini karena madu? It's a wow then. Balik Jogja, saya called my older brother yang di Wates. Mas saya ini, punya kenalan/ rumahnya deket dengan orang yang suka jual madu asli. Baiklah, deal. Mas saya setuju buat beliin. Jadilah saya pas balik Jogja lagi bawa bekal sebotol madu. Dan dalam seminggu, sudah hampir habis. Bisa dikatakan 1 minggu 1 botol. Satu botol dihargai 35rebu. It means at least a day (for 2 spoonful of bee-honey in the morning and anoher 2 spoonful in the evening) costs 5rebu. But, daripada saya harus pilek pilekan, mending gini kayaknya. Apalah artinya 35rebu seminggu bila harus dibandingkan dengan perasaan pas pilek wal tepar 2-3 hari, belum 'plus biaya' dan lain lainnya. Ini lah Jer Basuki Mawa Bea! Everything has its consequences. Kesehatan itu memang mahal harganya. Karena itulah ana rega ana rupa. Ada uang, ada barang/ wujud (pepatah Jawa modern). Harga berbanding lurus dengan kualitas. Harga mahal memang sesuai dengan kualitas barang/ baik-buruknya wujud barang.. Sangat berbanding terbalik dengan prinsip saya sebenernya. Kalau ada yang murah, ngapain beli yang mahal? Tapi masing masing ada 'tempatnya' sih. Dan untuk kesehatan, saya gak mau maen maen dengan beli yang murah(an). Gak gak gak gak gak gak kuat.. :D
2 comments
Write commentsora maksud ceritane kakeen basa linggis , ak pendidikane pas2an,
ReplyHehehehe.. makanya slogan blog ini 'this is my blog' mas beroo.. :)
ReplyTapi makasih dah udah mau mampir di blog jelek saya :D