Sepatu
Jum'at, 24 April 2015
Ini bukan semacam lagunya Tulus. Sepatu. Tapi ini berbicara benar-benar mengenai sepatu. Alarm saya tetiba mengagetkan saya jam 7.30. Terlalu malas rasanya untuk bangun. Entah karena khilaf tertidur setelah sholat atau gimana. Bila dilebaikan, mungkin saat itu adalah saat terberat bagi saya. Perang melawan kemalasan. Saya waktu itu berdebat dengan nurani, bergumul dengan kenikmatan kasur yang tiada tara. Dan saya menang, setelah kurang lebih 15 menit. Entah setan apa yang masuk tadi, sehingga saya balik berbaring setelah sholat subuh. Sangat memalukan. Seperti biasa, saya perlu segelas susu hangat di pagi hari. Dengan tampang khas bangun tidur dan masih berusaha mengibaskan sisa sisa malas yang masih terus menjadi oposisi dalam otak saya, saya mengambil gelas dan korek, lalu..
Ada yang kurang.
Begitu buka pintu saya merasakan sesuatu yang aneh. Ada yang mengganjal. Dan iya, itu sepatu. Dua pasang sepatu saya hilang. Dan saya cuman berpikir, ah mungkin memang ini konsekuensi 'rejeki dipatok ayam'. Kesalahan saya sendiri. Saat saya lihat sepatu anak kos yang lain, yang juga dipajang di depan kamar, sepertinya masih utuh. Entah juga, saya kurang begitu tahu. Tapi, ah, sudahlah. Menoba mencari kebenaran itu tetap tidak akan mengembalikan sepatu-sepatu saya. Dua pasang sepatu itu akan tetap hilang, kecuali jika ada yang khilaf mengembalikannya.
Turun-temurun?
Penghuni kos yang sebelumnya juga kurang beruntung. Dulu juga pernah kejadian seperti ini ke dia. Skemanya sama. Pagi-pagi ketika masih sepi. Dan ini berulang lagi setelah sekian tahun. Mungkin ini tanda-tanda saya harus segera mencari tempat tinggal pengganti? Mungkin ini juga pertanda buat selalu berucap 'naudzubillah min dzalik' ketika ada musibah dari orang lain. Kita tidak tahu apakah kedepannya akan terjadi juga kepada kita.
Alhamdulillah.
Saya memajang 3 pasang sepatu, 2 lusuh (boot-salah-beli dan kets-salah-pilih), 1 sepatu kets yang biasa saya pakai, dan sepasang sendal yang tidak terlalu sering saya pakai. Alhamdulillah, saya masih disisakan sendal dan sepasang sepatu lusuh. Semoga tidak ada undangan pernikahan dalam waktu-waktu dekat ini. Akan merepotkan jika tanggal tua seperti ini ada undangan pernikahan teman dekat. Biasa saya pakai sepatu kets multifungsi yang ternyata ikut raib. Beruntungnya, itu semua sepatu biasa yang tidak mahal-mahal amat. Cuman modelnya emang saya suka sih. (Duh! Teringat masa lalu) Ah, sudahlah. Terima kasih, Tuhan, atas pelajaran yang sangat berharga hari ini. Semoga ini menjadi awal baru bagi saya. Dan semoga ini yang terbaik. Dan terima kasih, sudah memaksa saya untuk cuci mata mencari model-model baru XD (in memoriam : sepatu -- fokus di sepatunya lho ya?! Hehehe..)
4 comments
Write commentsYang warnanya ungu itu sepatumu mas? *eh :-D
Replysaatnya beli sepatu baru mas, hehe
ReplyAaaak.. Tidaaak! XD Eike entar hyyyuk dong yei..
ReplyAlhamdulillah iya, mas. Emang rejekinya beli lagi hehehe.. Tapi masih tetep susah muv-on hahaha
Reply