Alhamdulillah, berkas musik sebesar 5 GB hilang!
25 January 2014, 1:46PM
Saya baru saja selesai memilah dan menghapus berkas musik saya yang telah terkumpul selama ini. Ada lebih dari 5 GB kalau saya tidak salah ingat. Yap, saya menghapusnya. Kalian tidak salah baca. Sebagian orang mungkin menganggap saya konyol, bego atau apalah itu. Tapi ini mengenai masalah prinsip. Karena semuanya bajakan. Ya. Bajakan.
Berawal dari sebuah postingan seorang teman di timeline Facebook, mengenai kepercayaan diri seseorang yang menggunakan laptop jadul asal isi didalamnya halal. Windows XP adalah basic saya, sebelum akhirnya memutuskan untuk migrasi ke Unix, karena belum kuat membeli Macbook. Toh, SO (Sistem Operasi) yang saya gunakan waktu itu (Ubuntu), bisa dioprek supaya 11:12 dengan Mac. Mac-wannabe orang bilang. Mau tahu alasan saya waktu itu migrasi meninggalkan Windows? Baru saja selesai install ulang karena virus, sudah kena virus lagi besoknya. Dalam kondisi dual boot, karena saya jengkel, saya restart komputer, masuk ke Ubuntu, lalu menghapus partisi Windows. Puas sekali saya waktu itu.
Dari situ, saya meracuni pikiran saya : saya harus menggunakan barang yang legal. Jika SO belum bisa beli, pakai yang gratis (Ubuntu). Mulai dari point itu, kemudian disambung lagi dengan saya bekerja di sebuah software house, saya semakin mengenal dunia proprietary. Dan mulai dari situlah saya semakin kuat untk menggunakan software-software legal (baca : gratis). Saya belum bisa membeli software yang berbayar. Makanya, saya pakai dulu yang gratis. Tapi tidak berarti saya tidak akan membeli yang berbayar bila sudah mampu. Yang berbayar tetap menggiurkan. Saya tetap pengen Macbook dan di sisi lain, saya ingin barang-barang legal di komputer/ laptop saya.
Postingan yang di-share oleh teman saya ikut meracuni saya. Biar laptop jelek, tapi berkah. Kurang lebih begitu. Ah, sangat menohok, mengingat di postingan yang hanya berisi beberapa baris kalimat dan lebih banyak menyorot betapa jelek laptop yang digunakan itu, menyinggung pula lagu bajakan. "..Di dalamnya juga gak pake lagu bajakan.."
Lha saya? Lima GB bukanlah jumlah yang sedikit. Jika semua dimasukkan di playlist, mungkin bisa untuk seminggu tanpa berhenti. Atau lebih? Entah. Yang jelas 5GB 99% bajakan. Dan saya menghapus 5GB itu. Gila? Saya sudah mantap.
Masih ada radio via hape saya. Masih bisa radio-streaming. Masih ada YouTube. Dan masih ada beberapa pertanyaan saya yang masih mengganjal. Bagaimana dengan OST anime? Anime sendiri kan gratis, AFAIK. Untuk sementara, saya masih simpan lagu lagu itu. Entah besok kalau sudah jelas. Ada juga OST film yang hanya berisi berkas musik instrumental yang digunakan di film : The Good, the bad and the weird dan The Tourist.
Untuk movie, saya masih belum dapat solusinya. Untuk sementara masih copy-watch-delete. Saya tidak bisa available terus untuk nonton! Apalagi film-film yang sudah terlanjur lewat.
Saya juga belum bisa mendapatkan kejelasan status file digital yang disalin dari orang yang memang membelinya, sementara kita tidak tahu status berkas tersebut. Sebagai contoh : podcast ceramah atau yang lain.
Paling tidak saya sudah mencoba dan memulai. Belum sempurna memang. Tapi mari dimulai terlebih dulu :)
Saya tidak menyesal menghapus berkas musik itu. Malah semakin yakin. Pasalnya, beberapa detik setelah saya menghapus berkas illegal di laptop saya, saya menjumpai sebuah postingan di twitter yang seakan akan sebuah angin segar untuk saya. What a great timing! God must be support me. Sebuah postingan oleh Jarwadi, yang membahas eksistensi Melon Music Store dan Kemudahan Menikmati Musik Secara Legal.
Nah, saya harap hidup saya menjadi lebih berkah mulai sekarang. Paling tidak saya sudah mencoba menggapainya. Bagaimana dengan Anda?
4 comments
Write commentsSalut mas dgn semangatnya untuk meninggalkan barang2 ilegal. Mudah2an saya juga segera tersadarkan. :D
ReplySalut masbro!!! saya masih sangat payah soal kesadaran pake yang legal... OS bajakan, musik bajakan, software bajakan... semoga saya juga bisa tersadarkan juga :)
ReplyTerima kasih. Pertama menjalani memang terasa berat, tapi lama lama terbiasa :D
ReplyAmin, bro. Mari menyusul :)
Reply