Saya.
Saya memohon pada Tuhan setiap kali habis shalat. 'Tuhan, jadikanlah saya seseorang yang bertanggung jawab'. Seperti biasanya, Tuhan 'tidak menjawab'. Karena saya bukan Nabi atau Rasul. Tapi saya selalu memohon hal yang sama pada Tuhan. Dan sambil menunggu saya menjadi seseorang yang bertanggung jawab, saya menjalani kehidupan saya sehari-hari seperti biasanya.Tuhan masih belum mengijinkan saya menjadikan saya orang yang bertanggung jawab. Saya masih seperti ini. Ada apakah dengan Tuhan? Ini bukan masalah krisis kepercayaan saya terhadap Tuhan. Saya percaya Tuhan sepenuhnya. It's something different.
***
Saya memohon pada Tuhan setiap kali habis shalat. 'Tuhan, jadikanlah saya seseorang yang bertanggung jawab'. Seperti biasanya, Tuhan 'tidak menjawab'. Karena saya bukan Nabi atau Rasul. Tapi saya selalu memohon hal yang sama pada Tuhan. Dan sambil menunggu saya menjadi seseorang yang bertanggung jawab, saya menjalani kehidupan saya sehari-hari seperti biasanya.
Tuhan masih tidak berkata apa apa. Saya tidak mempermasalahkannya. Yang penting saya sudah meminta. Dan saya menjalani kehidupan saya sehari-hari seperti biasanya.
Benarkah Tuhan benar benar tidak menjawab do'a saya? Saya memohon 'tanggung jawab' tapi saya tidak pernah benar benar ingin menjadi/ mempunyai 'tanggung jawab'. Hanya sebatas niat yang tidak ada tindak lanjut. Dengan kata lain, saya adalah orang bermulut besar. Tuhan menguji saya tanpa saya tahu/ menyadari. Saya dititipi tubuh yang harus dijaga. Saya dititipi kewajiban yang harus dikerjakan. Tapi saya tidak sepenuhnya bertanggung jawab atasnya. Maka apakah Tuhan akan memberikan saya 'tanggung jawab' yang saya pinta? Tuhan menguji saya tanpa saya tahu/ menyadari. Tuhan mencoba memberikan saya 'tanggung jawab' yang saya pinta, tapi saya menolaknya secara terang-terangan. Maka apakah Tuhan benar-benar tidak menjawab do'a saya?
Tuhan cukup sabar dalam memberikan perwujudan do'a yang saya pinta. Tuhan tidak bisa langsung mewujudkan/ merubah saya menjadi orang yang bertanggung jawab seketika. Karena hakikat manusia yang selalu lemah terhadap nafsu. Tuhan tidak ingin saya menjadi orang yang sombong, karena do'a saya langsung dikabulkan. Atau do'a manusia langsung dikabulkan. Karena Tuhan lebih tahu, manusia pasti terlena tanpa pondasi iman yang kuat.
Maka Tuhan menguji saya. Dan saya baru menyadarinya. Tuhan ingin menjawab do'a saya, hanya saja ingin memastikan jikalau saya benar-benar able (layak) untuk menerimanya. Dan saya baru menyadarinya, kalau semuanya harus dimulai dari nol. Dan saya harus memulainya dari memperbaiki 'tanggung jawab' saya pada kewajiban-kewajiban yang diamanahkan Tuhan kepada saya. Dan saya harus memulainya dari memperbaiki 'tanggung jawab' saya atas tubuh yang diamanahkan Tuhan kepada saya. Dan saya menyadari bahwa Tuhan sangat sayang pada saya. Dan saya yakin Tuhan tidak akan meninggalkan saya.
Dan saya harus mempersiapkan pertanggungjawaban atas keteledoran saya. Sudah siapkah saya?
--------------------
Sebuah catatan di facebook tertanggal 13 Maret 2011 yang saya angkat kembali, based on a true story.